RSS Feed

Selasa, 10 November 2009

TAKTIK OLAHRAGA

TAKTIK OLAHRAGA

A.Pengertian Taktik dan Strategi dalam Olahraga

TAKTIK
Taktik adalah suatu siasat atau pola pikir tentang bagaimana menerapkan teknik-teknik yang telah dikuasai didalam bermain untuk menyerang lawan secara sportif guna mencari kemenangan. Atau dengan kata lain taktik adalah siasat yang dipakai untuk menembus pertahanan lawan secara sportif sesuai dengan kemampuan yang telah dimilikinya.

Ciri-cirinya :
a. Mengembangkan daya nalar, kreatif dan pengambil keputusan yang tepat.
b. Menganalisis kesiapan fisik, teknik dan mental agar lawan melakukan apa yang dikehendaki.
c.Mencari kemenangan secara efektif dan efisien.
d. Memantapkan mental juara.
e. Mengendalikan emosi.
f. Mencegah cidera.
g. Mengantisipasi kekuatan dan kelemahan lawan

STRATEGI
Strategi adalah suatu siasat atau pola pikir yang digunakan sesaat sebelum pertandingan dimulai untuk mencari kemenangan secara sportif.

Ciri-cirinynya :
a. Siasat yang disusun sebelum pertandingan dimulai.
b. Penyusunan siasat didasari kondisi, tempat serta sistem yang dipakai.
c. Mengutamakan pada hasil observasi kekuatan lawan.
d. Lebih pada latihan otomatisasi, pola, tipe penyerangan dan pertahanan individu, kelompok atau tim.
e. Keberadaan pelatih lebih berperan daripada si atlit.

B.Jenis – Jenis Taktik dalam Olahraga

a. Defense/bertahan.
b. Transisi dari bertahan menuju menyerang.
c. Offense/penyerangan.
d. Transisi dari menyerang menuju bertahan.

C.Faktor Penentu Keberhasilan Pembinaan taktik
Lahirnya seorang juara tidak dapat terlepas dari perana pelatih. Atlit dengan bakat pembawaannya merupakan modal dasar lahirnya seorang juara. Persaingan ketat dalam olahraga dewasa ini telah melibatkan para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga untuk dapat memenangkan pertandingan tidaklah cukup bermodalkan bakat saja dan mutlak diperlukan bantuan dari berbagai disiplin ilmu dan pelatih adalah pemegang utamanya.
Bakat sebagaimana telah disinggung dimuka merupakan variable yang memungkinkan seorang atlit mencapai prestasi tinggi dalam cabang olahraga tertentu. Bakat individu tidak akan berkembang apabila tidak diberi kesempatan berkembang. Dengan hanya memiliki bakat individu tidak akan berkembang mencapai prestasi puncak apabila tidak diberi perlakuan-perlakuan secara intensif dan benar. Sesuai teori konvergensi perkembangan individu akan ditentukan oleh factor perlakuan serta pengaruh-pengaruh dari luar.
Penampilan seorang atlit dapat di tinjau dari 4 dimensi al :
(1) Dimensi Kesegaran Jasmani
(2) Dimensi Keterampilan
(3) Dimensi bakat pembawaan fisik
(4) Dimensi psikologik

Maka dari itu seorang Pelatih harus memperhatikan ke 4 hal tersebut, dan memerlukan kerjasama dengan ilmuwan berbagai disiplin ilmu, disamping tugas pokonya meningkatkan ketrampilan dalam segii tehnik, taktik, dan strategii pertandingan.

Falsafah Dasar
Kepelatihan merupakan usaha atau kegiatan memberi perlakuan (treatments) untuk membantu atlit agar pada akhirnya atlit dapat mengembangkan diri sendiri dan meningkatkan bakat kemampuan, ketrampilan, kondisi fisik, pengetahuan, sikap-sikap, penguasaan emosi serta kepribadian pada umumnya.
Dalam olahraga atlit diharapkan dapat berbuat sebaik-baiknya yang berarti kemampuan pribadinya dapat berfungsi baik dalam suatu tingkat integritas tertentu dan menunjukkan kematangan emosional serta dapat menguasai diri.Pendapat para ahli pada umumnya menunjukkan kecenderungan yang sama yaitu bahwa olahraga dapat memberi dampak positif pada individu seperti peningkatan tanggung jawab, kejujuran dalam bermain, memperhatikan orang lain, kepemimpinan, menghargai para pelatih, wasit, dan pembina, setia, toleransi, disiplin yang akhirnya dapat diharapkan menjadi warga negara yang baik.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi semakin meningkat, perkembangan masyarakat selalu meningkat dan tuntutan pemuda juga selalu meningkat. Ini semua harus mendapatkan perhatian para pelatih agar tidak tertinggal dalam upaya berlomba mencapai prestasi setinggi-tingginya. Disamping itu perkembangan masyarakat dan pemuda harus dipahami agar perlakuan-perlakuan dan latihan-latihan yang diberikan sesuai dengan keadaan, tuntutan dan kebutuhan. Melalui kegiatan olahraga diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan pribadi atlit, disamping upaya peningkatan prestasinya.


Kepribadian Pelatih
Keberhasilan pembinaan atlit akan sangat ditentukan hasil interaksi antara pelatih dan atlit yang dibina. Sehubungan itu setiap pelatih harus memahami siifat-sifat kepribadian atlitnya, disamping itu tiap pelatih juga harus memahami sifat-sifat pribadinya sendiri agar dapat menyesuaikannnya pada waktu berinteraksi dengan atlit yang memiliki sifat intravert dan ektravert, sifat terbuka dan senang bergaul dengan orang lain.
Berhasilnya pembinaan tidak hanya tergantung dari kesediaan atlit menyesuaikan diri dengan sikap dan kemauan pelatih tetapi juga tergantung pada kemampuan pelatih, menyesuaikan sikap dan tindakannya terhadap sifat-sifat kepribadian atlit yang dibinanya.Pelatih harus memahami cara-cara yang tepat untuk menimbulkan motivasi atlit, sehingga akhirnya dengan kemauan sendiri atlit berusaha mencapai target yang ditetapkannya, untuk mencapai prestasi lebih tinggi, memenangkan pertandingan dan memecahkan rekor sendiri.
Setiap pelatih perlu memahami sifat-sifat kepribadiannya sendiri untuk dapat menyadari kelemahan-kelemahannya dan selanjutnya berusaha mengatasi kelemahan tersebut. Pada hakekatnya tidak ada manusia yang sempurna, juga pelatih harus menyadari bahwa upaya untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada dirinya selalu perlu dilakukan oleh seorang pelatih untuk mencapai prestasi atlit yang dibinanya.


Sikap Pelatih Menghadapi Atlit
Sikap harus positif-proaktif, penuh tanggung jawab terhadap kemajuan atlit dan dilandasi optimisme bahwa atlit yang dibina akan selalu mampu meningkatkan prestasi dibawah bimbingannya. Setiap pelatih harus mempunyai falsafah yang jelas mengenai :
(1) Apa yang akan dilakukan
(2) Mengapa hal tersebut perlu dilakukan
(3) Bagaimana melaksanakan dengan memahami segala kemampuan dan kekurangan atlitnya serta memperhatikan kemungkinan dampak-dampak positif atau negatif yang dapat terjadi.

Hal diatas tidak mudah dilakukan dan memerlukan pengalaman yang perlu dipahami yaitu bahwa kepelatihan bukan hanya bahwa upaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan fisik dan ketrampilan tetapi meliputi juga perkembangan motivasi, sikap, dan kepribadian atlit.


Tugas dan Peranan Pelatih
Setiap pelatih harus selalu sadar dan memahami sasaran yang ingin dicapai dan tujuan akhir suatu latihan untuk meningkatkan prestasi dan sedapat mungkin mendapatkan kemenangan dalam pertandingan. Hal ini penting namun pelatih hendaknya menyadari pula bahwa yang lebih penting lagi adalah peningkatan prestasi atlit serta perkembangan pribadi atlit. Kemenangan dalam suatu pertandingan bukanlah akhir sebuah perjalanan seorang atlit karena setiap kemenangan atau kekalahan merupakan awal dari suatu perjalanan untuk menghadapi kemenangan atau kekalahan berikutnya.
Banyak pelatih mengharapkan kemenangan bagi atlitnya dalam waktu pendek. Hal ini kadang-kadang tidak menguntungkan dan bisa berbahaya kalau dasarnya kurang kuat.Sehingga perkembangan selanjutnya justru merugikan atlit yang terlalu cepat dipacu untuk menang dan untuk mencapai kemenangan sering sekali diberi latihan yang melebihi kemampuannya. Cara seperti ini dapat menimbulkan akibat ” over training ” dan pada akhirnya atlit mengalami kejenuhan untuk berlatih dan berhenti sebagai atlit sebelum mencapai umur ideal untuk bisa berprestasi setinggi-tingginya. Gejala semacam ini disebut ” burn out ” yaitu atlit dipacu atau diberi latihan berlebihan dengan harapan cepat matang sebagai juara, sedangkan secara fifik dan mental atlit yang bersangkutan belum siap.
Pengertian tentang ” golden age ” untuk tiap-tiap cabang olahraga perlu dipahami agar dapat mebuat erencanaan latihan secara teratur, terarah, berkesinambungan untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya pada usia ideal atlit dengan memanfaatkan seluruh potensinya. Untuk itu semua jelas dibutuhkan pendekatan individual agar memahami kemampuannya dan sifat-sifat atlit yang dibina.
Sehubungan dengan upaya menyiapkan atlit untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya dibutuhkan pengetahuan mengenai psokologi atlit untuk bisa memahami gejala tingkahlakunya untuk bisa memberikan perlakuan setepat-tepatnya.Menurt Singer (1984) ada beberapa alasan mengapa seorang atlit berhenti dan tidak melanjutkan aktivitas olahraga yaitu disebabkan :
(1) Kegiatan yang menjemukan
(2) Kegiatan yang kurang menimbulkan tantangan rangsangan
(3) Kegiatan tidak menyenangkan
(4) Pengalaman yang didapat dalam kegiatan menimbulkan frustasi dan kekecewaan
(5) Para atlit merasa takut gagal
(6) Para atlit merasa takut untuk sukses
(7) Para atlit tidak mendapatkan pengakuan
(8) Para atlit tidak menetapkan sasaran capaian secara realistis yang ingin dicapai terlalu tinggi
(9) Sistem penunjangnya (keluarga, teman, pelatih) terlalu lemah

Untuk dapat melakukan tugas dan peranan pelatih dengan sebaiknya maka beberapa hal dibawah ini perlu mendapat perhatian yaitu :
(1) Menciptakan komunikasi yang sebaik-baiknya antara pelatih dengan atlit
(2) Memahami watak, sifat-sifat, kebutuhan dan minat
(3) Pelatih harus menjadi motivator
(4) Membantu atlit dalam memecahkan problem-problem yang dihadapi.

Atlit adalah orang yang selalu dihadapkan kepada permasalahan baik permasalahan mengejar prestasi, menghadapi tekanan lawan maupun penonton, kemungkinan mengalami kegagalan dan sebagainya. Sehubungan dengan itu maka selalu harus dipikirkan bagaimana menyiapkan atlit agar matang dalam menghadapi pertandingan-pertandingan. Belajar mengatasi stres merupakan hal yang sangat penting agar dapat memiliki kematangan sebagai juara.
Permasalahan-permasalahan yang bersifat tehnis maupun pribadi selalu dihadapi atlit dan untuk itu pelatih harus selalu peka dan selalu memperhatikan keadaan dan perkembangan individu atlit yang dibina.


D.Kaitan Taktik dengan Kondisi Fisik dan Strategi

Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri atau dengan orang lain atau konfrontasi dengan unsur-unsur alam. Kegiatan olahraga meliputi gaya pertandingan, maka kegiatan itu harus dilaksanakan dengan semangat atau jiwa sportif. Pada olahraga kelompok mendorong manusia saling bertanding dalam suasana kegembiraan dan kejujuran. Olahraga memberi kemungkinan pada tercapainya rasa saling mengerti dan menimbulkan solidaritas serta tidak mementingkan diri sendiri. Olahraga juga dapat dijadikan alat pemersatu.
Selain itu olahraga juga dapat membuat tubuh seseorang menjadi sehat jasmani dan rohani yang akhirnya akan membentuk manusia yang berkualitas. Mengingat pentingnya peranan olahraga dalam kehidupan manusia, juga dalam usaha ikut serta memajukan manusia Indonesia berkualitas, maka pemerintah Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan di bidang olahraga, seperti mengadakan pertandingan-pertandingan olahraga yang biasanya diikuti oleh para olahragawan.Untuk memperoleh tingkat kesehatan dan kebugaran yang baik, maka dapat diperoleh dengan olahraga yang dimulai sejak dini melalui pendidikan formal maupun non formal.
Untuk memperoleh tingkat kesehatan dan kebugaran yang baik, maka dapat diperoleh dengan olahraga yang dimulai sejak dini melalui pendidikan formal maupun non formal.Dalam upaya membina prestasi yang baik maka pembinaan harus dimulai dari pembinaan usia muda dan atlet muda berbakat sangat menentukan menuju tercapainya mutu prestasi optimal.
Bibit atlet yang unggul perlu pengolahan dan proses kepelatihan secara ilmiah, barulah muncul prestasi atlet semaksimal mungkin pada umur-umur tertentu.ibit atlet yang unggul perlu pengolahan dan proses kepelatihan secara ilmiah, barulaBermacam-macam tujuan masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga khususnya sepak bola antara lain:
a) olahraga untuk pencapaian prestasi,
b) olahraga untuk kesehatan,
c) olahraga untuk kebugaran, dan
d) olahraga untuk rekreasi.
Dalam pembelajaran sepak bola, kita mengenal aspek-aspek yang perlu dikembangkan yaitu:
1. Pembinaan teknik (keterampilan)
2. Pembinaan fisik (kesegaran jasmani)
3. Pembinaan taktik
4. Kematangan juara (Soekatamsi, 1988:11).
Dalam peningkatan kecakapan permainaneterampilan dasar erat sekali hubungannya dengan kemampuan koordinasi gerak fisik, taktik dan mental. Keterampilan dasar harus betul-betul dikuasai dan dipelajari lebih awal untuk mengembangkan mutu permainan yang merupakan salah satu faktor yang menentukan menang atau kalahnya suatu kesebelasan dalam suatu pertandingan.
Faktor yang penting dalam pencapaian prestasidalah fisik dan penguasaan keterampilan dasar yang dimiliki oleh pemain itu sendiri,.Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaianiantaranya ialah faktor fisik dan keterampilan gerak dasar permainan. Oleh karena itu, seorang pemain yang tidak memiliki fisik dan keterampilan gerak dasar bermain sepak bola yang baik tidak mungkin akan menjadi pemain yang baik dan sulit untuk mencapai prestasi maksimal.
Dengan melakukan latihan fisik dan keterampilan gerak dasar yang teratur dan sebaiknya dimulai sejak usia dini. Untuk meningkatkan kondisi fisik biasanya pelatih memberikan latihan yang didalamnya mengandung beberapa aspek yang berhubungan dengan kondisi fisik yang terdiri dari latihan kekuatan, kelentukan, kecepatan, kelincahan dan daya tahan.Aspek latihan tersebut bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan kondisi tiap pemain, karena tanpa fisik dan keterampilan gerak dasar bermain yang baik maka seorang pemain tidak akan dapat mengembangkan permainannya. Biasanya seorang pelatih akan memberikan latihan pada para pemainnya dan setelah itu ia akan memberikan evaluasi mengenai hasil latihan yang diberikan berhasil atau tidak didalam meningkatkan kondisi fisik serta keterampilan dasar para pemainnya.
Untuk dapat pandai bermain sepak bola, faktor fisik dan penguasaan keterampilan gerak dasar merupakan suatu keharusan. Agar fisik dan keterampilan gerak dasar dikuasai perlu latihan yang sungguh-sungguh dan direncanakan dengan baik, (Remmy Muctar, 1992 : 54). Fisik dan keterampilan gerak dasar merupakan beberapa faktor dalam kemampuan dasar bagi sesorang atlet.

E.Metode Pembinaan Taktik dalam Olahraga Prestasi.

Dalam pembinaan olahraga prestasi, istilah “Pemuncakan Prestasi” merupakan bagian yang tidak boleh luput dari perhatian. Setiap pelatih harus memahami bagaimana mencapai puncak prestasi. Sehingga, pelatih dituntut untuk harus memahami dengan baik tentang Periodisasi Latihan karena maknanya adalah suatu perencanaan dari tahapan latihan dan pertandingan agar pemuncakan prestasi dapat dicapai sesuai dengan waktunya. Perencanaan latihan merupakan bagian penting dari suatu proses. Hasil yang baik akan sangat tergantung pada proses yang baik, selain input yang baik.
Konsekuensi logis adalah pelatih dituntut untuk memahami makna dari Input – Proses – Makna dari proses adalah aplikasi ilmu olahraga dalam pembinaan olahraga prestasi khususnya dalam pelatihan aspek-aspek latihan (aspek fisik, teknik, taktik- strategi, dan psikis/mental). Sehingga implementasi pelatihan aspek-aspek tersebut benar-benar dilandasi oleh disiplin ilmu yang tepat dan mutakhir.
Sedangkan makna dari output adalah keberhasilan seorang pelatih dalam mencapai prestasi yang dihasilkan oleh atletnya.

Makna dari proses adalah aplikasi ilmu olahraga dalam pembinaan olahraga prestasi
khususnya dalam pelatihan aspek-aspek latihan (aspek fisik, teknik, taktik- strategi, dan
psikis/mental). Sehingga implementasi pelatihan aspek-aspek tersebut benar-benar
dilandasi oleh disiplin ilmu yang tepat dan mutakhir.
Sedangkan makna dari output adalah keberhasilan seorang pelatih dalam mencapai
prestasi yang dihasilkan oleh atletnya.
Target atau sasaran latihan merupakan bagian yang harus
direncanakan oleh pelatih dan dijalankan dalan suatu proses pelatihan.
Dalam kajian fisiologi, dikenal dengan 3 (tiga) prinsip suplai sistem energi, yaitu :
1. Sistem “Phosphate”
2. Sistem “Lactate”, dan
3. Sistem “Oxygen”

Dengan memahami dan menerapkan secara baik dan adekuat pada tiga sistem suplai energi ini, maka latihan fisik akan menjadi efektif dalam membantu mencapai prestasi yang maksimal. Setiap cabang olahraga mempunyai kebutuhan metode latihan fisik yang spesifik dan prinsip latihan yang spesial. Seperti contoh, pelari maraton akan sangat berbeda
Kebutuhan latihannya dibandingkan dengan pelari pendek (sprinter). Pelari maraton membutuhkan banyaknya suplai energi dari “oxygen”, sehingga latihannya harus bertujuan untuk meningkatkan kapasitas aerobik yang sangat tinggi. Sedangkan sprinter,membutuhkan kapasitas maksimal pada sistem fosfat (phosphat) sehingga latihannya harus meningkatkan kapasitas suplai energi phosphat yang tinggi.
Beberapa cabang olahraga membutuhkan latihan dalam tiga sistem suplai energi tersebut.
Contoh : Atlet yang lari pada jarak 400 meter, 800 meter, 1500 meter membutuhkan
latihan pada kapasitas aerobik yang tinggi dan juga pada kapasitas latihan anaerobik yang tinggi. Berkaitan dengan periodisasi, terdapat prinsip penerapan latihan fisik yang sesuai dengan kajian fisiologi, yaitu “pada masa / tahap Persiapan (terutama pada Persiapan Umum) atlet harus diberikan latihan yang se-aerob mungkin agar mempunyai kapasitas aerobik maksimal yang sangat baik”. Karena, dengan kemampuan tersebut maka hal penting pada atlet adalah terjadinya proses pemulihan (recovery) yang cepat.
Kesimpulannya adalah bahwa latihan harus mempunyai tujuan yang spesial pada sistem
energi yang dibutuhkan oleh cabang olahraga. Dengan kata lain, latihan yang optimal
menempatkan pada suatu intensitas kerja/latihan yang dibutuhkan oleh cabang olahraga
secara maksimal pada sistem energi yang lengkap.
Ini adalah suatu seni untuk menentukan intensitas latihan secara adekuat. Suatu
intensitas yang terlalu rendah tidak akan meningkatkan performa, tetapi intensitas yang
terlalu tinggi akan menurunkan performa dan akan menghasilkan “overtraining”.

Sejarah permainan dan perkembangan bola basket



Sejarah permainan dan perkembangan bola basket


Permainan bola basket diciptakan oleh Prof. Dr. James A. Naismith salah seorang guru pendidikan jasmani Young Mens Christian Association (YMCA) Springfield, Massachusets, Amerika Serikat pada tahun 1891. Gagasan yang mendorong terwujudnya cabang olahragabaru ini ialah adanya kenyataan bahwa waktu itu keanggotaan dan pengunjung sekolah tersebut kian hari kian merosot. Sebab utamanya adalah rasa bosan dari para anggota dalam mengikuti latihan olahraga Senam yang gerakannya kaku. Di samping itu kebutuhan yang dirasakan pada musim dingin untuk tetap melakukan olahraga yang menarik semakin mendesak.
Dr. Luther Gullick, pengawas kepala bagian olahraga pada sekolah tersebut menyadari adanya gejala yang kurang baik itu dan segera menghubungi Prof. Dr. James A. Naismith serta memberi tugas kepadanya untuk menyusun suatu kegiatan olahraga yang baru yang dapat dimainkan di ruang tertutup pada sore hari.Dalam menyambut tugasnya itu Nasimith menyusun suatu gagasan yang sesuai dengan kebutuhan ruang tertutup yakni permainan yang tidak begitu keras, tidak ada unsur menendan, menjegal dan menarik serta tidak sukar dipelajari.
Langkah pertama, diujinya gubahan dari permainan Footbal, Baseball, Lacrose dan Sepakbola. Tetapi tidak satupun yang cocok dengan tuntutannya. Sebab disamping sulit dipelajari, juga permainan tersebut masih terlalu keras untuk dimainkan di ruangan tertutup yang berlampu.
Dari hasil percobaan yang dilakukan itu Naismith akhrinya sampai pada kesimpulan bahwa permainan yang baru itu harus mempergunakan bola yang bentuknya bulat, tidak menjegal, dan harus menghilangkan gawang sebagai sasarannya. Untuk menjinakkan bola sebagai pengganti menendang dilakukan gerakan mengoper dengan tangan serta menggiring bola (dribbling) sebagai puncak kegairahan, gawang diganti dengan sasaran lain yang sempit dan terletak di atas para pemain, sehingga dengan obyek sasaran yang demikian pengutamaan tembakan tidak terletak pada kekuatan seperti yang terjadi pada waktu menendang, melainkan pada ketepatan menembak.
Semula Naismith akan menggunakan kotak kayu untuk sasaran tembakan tersebut, tetapi berhubung waktu percobaan dilakukan yang ada hanya keranjang (basket) buah persik yang kosong, maka akhirnya keranjang itulah dijadikan sasaran tembakan. Dari perkataan basket ini kemudian permainan baru yang ditemukan Prof. Dr. James A. Naismith tersebut dinamakan Basketball.
Beberapa catatan penting dalam perkembangan bola basket.
1. Tahun 1891 : Prof. Dr. James A. Naismith menemukan permainan Bola Basket
2. Tahun 1892 : Untuk pertama kali Naismith memperkenalkan permainan Bola Basket kepada masyarakat (Amerika)
3. Tahun 1894 : Prof. Dr. James A. Naismith dan Dr. Luther Gullick untuk pertama kali mengeluarkan peraturan permainan resmi.
4. Tahun 1895 : Kata Basketball secara resmi diterima dan dimasukkan ke dalam perbendaharaan bahasa Inggris.
5. Tahun 1913 : Untuk pertama kali diadakan Kejuaraan Bola Basket Far Eastern. Pada kesempatan tersebut regu Phillipina mengalahkan Cina.
6. Tahun 1918 : Tentara pendudukan Amerika dan anggota YMCA memperkenalkan permainan Bola Basket di banyak negara Eropa.
7. Tahun 1919 : Dalam Olympiade Militer di Joinville, permainan Bola Basket termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.
8. Tahun 1932 : Untuk pertama kali diadakan Kongres Bola Basket bertempat di Jenewa Swiss. Para peserta yang hadir adalah : Argentina, Cekoslowakia, Yunani, Italia, Portugal, Rumania dan Swiss. Keputusan penting yang dihasilkan adalah terbentuknya Federasi Bola Basket Internasional - Federation International de Basketball (FIBA)
9. Tahun 1933 : Untuk pertama kali diselnggarakan kejuaraan Dunia Bola Basket Mahasiswa di kota Turin - Italia.
10. Tahun 1935 : Dalam Kongres Komite Olympiade Internasional, Bola Basket diterima sebagai salah satu nomor pertandingan Olympiade.
11. Tahun 1936 : Untuk pertama kali Bola Basket dipertandingkan dalam Olympiade Berlin. Dua puluh dua negara ikut serta. Juaranya adalah USA, Kanada dan Meksiko.
12. Tahun 1939 : Prof. Dr. James A. Naismith meninggal dunia.


Perkembangan Bola Basket di Indonesia

Di tengah-tengah gejolak revolusi bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan yang telah direbut itu, permainan Bola Basket mulai dikenal oleh sebagian kecil rakyat Indonesia, khususnya yang berada di kota perjuangan dan pusat pemerintahan Rakyat Indonesia, Yogyakarta serta kota terdekat Solo. Nampaknya, ancaman pedang dan dentuman meriam penjajah tidak menjadi penghalang bagi bangsa Indonesia untuk melakukan kegiatan olahraga, termasuk permainan Bola Basket. Bahkan dengan dilakukannya kegiatan-kegiatan olahraga tersebut semangat juang bangsa Indonesia untuk mempertahankan tanah airnya dari ancaman para penjajah yang menginginkan kembali berkuasa semakin membaja. Terbukti pada bulan September 1948, di kota Solo diselenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) Pertama yang mempertandingkan beberapa cabang olahraga, diantaranya Bola Basket. Dalam kegiatan tersebut ikut serta beberapa regu, antara lain : PORO Solo, PORI Yogyakarta dan Akademi Olahraga Sarangan.

Mengenal Permainan Bola Basket


Permainan Bola Basket dimainkan oleh dua regu yang berlawanan. Tiap-tiap regu yang melakukan permainan di lapangan terdiri dari 5 orang, sedangkan pemain pengganti sebanyak-banyaknya 7 orang, sehingga tiap regu paling banyak terdiri dari 12 orang pemain.
Permainan Bola Basket dimainkan di atas lapangan keras yang sengaja diadakan untuk itu, baik di lapangan terbuka maupun di ruangan tertutup. Pada hakekatnya, tiap-tiap regu mempunyai kesempatan untuk menyerang dan memasukkan bola sebanyak-banyaknya keranjang sendiri untuk sedapat mungkin tidak kemasukan.
Secara garis besar permainan Bola Basket dilakukan dengan mempergunakan tiga unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menangkap bola (pasing and catching), menggiring bola (dribbling), serta menembak (shooting).
Ketiga unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan Bola Basket hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menangkap bola terdapat beberapa cara seperti : tolakan dada (chest pass), tolakan di atas kepala (overhead pass), tolakan pantulan (bounce pass), dan lain sebagainya. Dalam rangkaian teknik ini, dikenal pula sebutan pivot yakni pada saat memegang bola, salah satu kaki bergerak dan satu kaki lainnya tetap di lantai seabgai tumpuan.
Teknik menggiring bola berkaitan erat dengan traveling, yakni gerakan kaki yang dianggap salah karena melebihi langkah yang ditentukan. Juga double dribble suatu gerakan tangan yang dilarang karena menggiring bola dengan kedua tangan atau menggiring bola untuk kedua kalinya setelah bola dikuasai dengan kedua tangan.
Teknik menembak berkaitan erat dengan gerak tipu, lompat, blok dan lain sebagainya. Begitu banyak teknik permainan yang harus dikuasai oleh seorang pemain Bola Basket, sehingga sulit untuk diperinci satu-persatu dalam tulisan ini. Namun demikian, dengan menguasai ketiga unsur teknik pokok tadi serta beberapa lanjutannya, seseorang sudah dapat melakukan permainan Bola Basket, walaupun tidak sempurna.
Ketentuan bermain dan bertanding.
Seperti telah diuraikan di atas permainan Bola Basket dimainkan oleh dua regu, masing-masing terdiri dari 5 orang pemain. Wasit yang memimpin terdiri dari 2 orang yagn senantiasa berganti posisi. Waktu bermain yang resmi 2 x 20 menit bersih, tidak termasuk masa istirahat 10 menit, time out, dua kali bagi masing-masing regu tiap babak selama 1 menit, saat pergantian pemain dan atau peluit dibunyikan wasit karena bola ke luar lapangan atau terjadi pelanggaran/kesalahan seperti foul dan travelling. Apabila dalam pertandingan resmi (yang dimaksud disini bukan pertandingan persahabatan) terjadi pengumpulan angka sama, waktu diperpanjang sekian babak (tiap 5 menit) sampai terjadi perbedaan angka.
Khusus untuk permainan Mini Basket yang diperuntukkan anak-anak di bawah umur 13 tahun, diberlakukan peraturan tersendiri yang agak beda, antara lain : bola yang dipergunakan lebih kecil dan lebih ringan, pemasangan keranjang yang lebih rendah, waktu pertandingan 4 x 10 menit dengan 3 kali istirahat dan lainnya lagi seperti dalam hal penggantian pemain.



Peraturan permainan yang dipergunakan sangat tergantung daripada peraturan PERBAIS/FIBA mana yang berlaku. Misalnya pada tahun 1984, peraturan permainan yang berlaku adalah Peraturan Permainan PERBASI/FIBA tahun 1980 - 1984.
Alat-Alat Perlengkapan dan Lapangan
Berdasarkan Peraturan Permainan PERBASI/FIBA tahun 1980 - 1984, alat-alat perlengkapan dan lapangan terdiri dari :
1. Bola Basket
Terbuat dari karet yang menggelembung dan dilapisi sejenis kulit, karet atau sintesis. Keliling bola tidak kurang dari 75 cm dan tidak lebih dari 78 cm, serta beratnya tidak kurang dari 600 gram dan tidak lebih dari 650 gram. Bola tersebut dipompa sedemikan rupa sehingga jika dipantulkan ke lantai dari ketinggian 180 cm akan melambung tidak kurang dari 120 cm tidak lebih dari 140 cm.
2. Perlengkapan Teknik
2.1. Untuk pencatatan waktu diperlukan sedikitnya 2 buah stopwatch, satu untuk pencatat waktu dan satu lagi untuk time out.
2.2. Alat untuk mengukur waktu 30 detik
2.3. Kertas score (Scoring Book) untuk mencatat/merekam pertandingan.
2.4. Isyarat - scoring board, tanda kesalahan perorangan yakni angka 1 sampai dengan 5, serta bendera merah dua buah untuk kesalahan regu.
3. Lapangan
3.1. Lapangan Permainan
Berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 26 m dan lebar 14 m yang diukur dari pinggir garis batas. Variasi ukuran diperolehkan dengna menambah atau mengurangi ukuran panjang 2 m serta menambah atau mengurangi ukuran lebar 1 m. Di lapangan ini terdapat beberapa ukuran seperti : lingakaran tengah, dan lain sebagainya yang secara jelas dan terperinci akan diuraikan dalam gambar di bawah nanti.
3.2. Papan Pantul
Papan pantul dibuat dari kayu keras setebal 3 cm atau dari bahan transparant yang cocok. Papan pantul berukuran panjang 180 cm dan lebar 120 cm.. Tinggi papan, 275 cm dari permukaan lantai sampai ke bagian bawah papan, dan terletak tegak lurus 120 cm jaraknya dari titik tengah garis akhir lapangan. (Perincian selengkapnya, lihat gambar).
3.3. Keranjang
Keranjang terdiri dari Ring dan Jala. Ring tersebut dari besi yang keras dengan garis tengah 45 cm berwarna jingga. Tinggi ring 305 cm dari permukaan lantai dan dipasang dipermukaan papan pantaul dengan jarak 15 cm. Sedangkan jala terdiri dari tambah putih digantung pada ring. Panjang jala 40 cm.

Rabu, 04 November 2009

In Grand (father) Fashion!!!!!!!!!!!!!!!


Grandparents are a special breed. They all have their little quirks, sayings, and what nots, that through the years first get on your nerves, but then grow to be some of the staples that you live your life by. On this November 4th, I would like to honor my Grandfather's 70th birthday by introducing you to some of his greatest sayings.

1) "Well I'ma tell you like this" - Most of Grandfather's pearls of wisdom/stories normally start with this phrase. When you hear this, you might as well settle in. The only bad part about hearing this is when you've come to him with what you feel is an important problem. If you're hype is any manner, its pretty deflating to have him come back with that.

2) "Every closed eye ain't sleep" - This one is a classic. In order for you to understand this one, you must know that my Grandfather hasn't slept through the night probably since the Kennedy Administration. So when as a kid I would always hear him say this, I always thought it was really just a threat. Well that was until my brother and I tried to be slick and sneak into the kitchen for late night peanut butter and jelly sandwiches. Grandfather swooped in on us like an owl on a three legged mouse. That night, I truly learned the meaning of this saying.

3) "Jaws tight like Dick's hat band" - Well this is probably how my Grandfather would have described the look on me and my brother's faces when he busted us. I don't know who Dick is, but I do know that we were pretty salty that night, so Dick wears a seriously tight hat. I've always wondered if Dick was just somebody my Grandfather knew, or if it was a well known fact that Dick had a tight hat band.

4) "Joe Sausage Head" - To be referred to as a Joe Sausage Head was pretty severe. If Grandfather called someone this, they generally didn't have much, if any, sense. The funny thing about this saying is that until a co-worker of mine used the term last year, I thought my Grandfather was the only one who said it.

5) "Neither Vip nor Vop" - I have no idea what the hell this means. But when Grandfather says it, its with so much authority, that it almost makes sense.

6) "Like 40 going north" - In case you guys don't know, I drive for a living. I have damn near been on every highway and byway in America. But both US 40 and Interstate 40 travel east and west. So I have yet to figure out what 40 he's referring to. I'm not trying to prove Grandfather wrong, I'm just trying to understand what my man is referring to.

7) "More (Blank) than Carter had little liver pills" - This was another saying that for the longest time, I just took Grandfather at his word. I had no idea who the hell Carter was. With the advent of the internet, I finally decided to look up Carter and his little liver pills. Low and behold, I finally found the information. Carter wasn't a person, per se, but instead a company that made laxitives. Apparently they must've done big business back in the day cuz Grandfather is still referring to them now.


So those are probably the 7 most classic sayings from my Grandfather. I share them with you because though he's not your Grandfather, I'm sure your grandparents have some good saying of their own. I invite you to share with the blogosphere some of your grandparent's sayings. I'm proposing that we keep a Grandparents dictionary. These 7 are enshrined with my Grandmother saying "Flusterated, and Testes (That's the plural of test to her, my girl's grandfather who says "Search" (That's church to everyone else), and My Grandfather John's singing "Every day, every hour of the day", and the ultra classic "Summage". (A summage is a son of a bitch. I guess that's just how it was said in Mississippi).

To my Grandfather. Happy Birthday Grandfather. May you always know that though you might not have thought we were listening, WE WERE! And as we've gotten older, your words have never been truer. We Love you, and hope you're around for many more of these birthday posts. Enjoy your 70th. Next time I'm in Chicago, the cognac is on me! Lol


-DrizaDre-

In Grand (father) Fashion!!!!!!!!!!!!!!!


Grandparents are a special breed. They all have their little quirks, sayings, and what nots, that through the years first get on your nerves, but then grow to be some of the staples that you live your life by. On this November 4th, I would like to honor my Grandfather's 70th birthday by introducing you to some of his greatest sayings.

1) "Well I'ma tell you like this" - Most of Grandfather's pearls of wisdom/stories normally start with this phrase. When you hear this, you might as well settle in. The only bad part about hearing this is when you've come to him with what you feel is an important problem. If you're hype is any manner, its pretty deflating to have him come back with that.

2) "Every closed eye ain't sleep" - This one is a classic. In order for you to understand this one, you must know that my Grandfather hasn't slept through the night probably since the Kennedy Administration. So when as a kid I would always hear him say this, I always thought it was really just a threat. Well that was until my brother and I tried to be slick and sneak into the kitchen for late night peanut butter and jelly sandwiches. Grandfather swooped in on us like an owl on a three legged mouse. That night, I truly learned the meaning of this saying.

3) "Jaws tight like Dick's hat band" - Well this is probably how my Grandfather would have described the look on me and my brother's faces when he busted us. I don't know who Dick is, but I do know that we were pretty salty that night, so Dick wears a seriously tight hat. I've always wondered if Dick was just somebody my Grandfather knew, or if it was a well known fact that Dick had a tight hat band.

4) "Joe Sausage Head" - To be referred to as a Joe Sausage Head was pretty severe. If Grandfather called someone this, they generally didn't have much, if any, sense. The funny thing about this saying is that until a co-worker of mine used the term last year, I thought my Grandfather was the only one who said it.

5) "Neither Vip nor Vop" - I have no idea what the hell this means. But when Grandfather says it, its with so much authority, that it almost makes sense.

6) "Like 40 going north" - In case you guys don't know, I drive for a living. I have damn near been on every highway and byway in America. But both US 40 and Interstate 40 travel east and west. So I have yet to figure out what 40 he's referring to. I'm not trying to prove Grandfather wrong, I'm just trying to understand what my man is referring to.

7) "More (Blank) than Carter had little liver pills" - This was another saying that for the longest time, I just took Grandfather at his word. I had no idea who the hell Carter was. With the advent of the internet, I finally decided to look up Carter and his little liver pills. Low and behold, I finally found the information. Carter wasn't a person, per se, but instead a company that made laxitives. Apparently they must've done big business back in the day cuz Grandfather is still referring to them now.


So those are probably the 7 most classic sayings from my Grandfather. I share them with you because though he's not your Grandfather, I'm sure your grandparents have some good saying of their own. I invite you to share with the blogosphere some of your grandparent's sayings. I'm proposing that we keep a Grandparents dictionary. These 7 are enshrined with my Grandmother saying "Flusterated, and Testes (That's the plural of test to her, my girl's grandfather who says "Search" (That's church to everyone else), and My Grandfather John's singing "Every day, every hour of the day", and the ultra classic "Summage". (A summage is a son of a bitch. I guess that's just how it was said in Mississippi).

To my Grandfather. Happy Birthday Grandfather. May you always know that though you might not have thought we were listening, WE WERE! And as we've gotten older, your words have never been truer. We Love you, and hope you're around for many more of these birthday posts. Enjoy your 70th. Next time I'm in Chicago, the cognac is on me! Lol


-DrizaDre-

Kamis, 29 Oktober 2009

Happy Halloween!!!

I'll be honest I'm not a big Halloween person. I haven't dressed up since...Damn I can't even remember but it's been that damn long. Since I've had a son I've of course involved myself in the "holiday" more than normal, but I still don't do too much. Ever since my son's first Halloween where I bought his costume I have somehow become the designated Halloween costume purchaser. And I'll be honest those damn costumes are far from cheap! It was easy when he was 1 and 2. But ever since 3 and up he's been able to express his opinion on what costume he wants. And I swear I pay at least $40 and up for each costume that gets 1 wear and that's it!!

I can actually recall each costume:
2004-Fireman $20
2005- Batman $20 + tax
2006 - Mater from the Movie CARS - $38 + Tax
2007 - James from Thomas the Train $38 + Tax
2008 - Blue Power Ranger $40 + Tax
2009 - Indiana Jones $47.47 with tax and shipping (Yes I had to order this costume from off line)

So in 6 years I've spent over $200 in just costume costs alone. If I keep this up by the time he's 16 I would have spent another $400 in costumes. If he's dressing up after 16yrs old we need to 1.) have a talk and 2.) have a job cuz I'm not buying it. Although $600 over 16yrs is not a whole lot of money spread out over time like that it's still not chump change. So to who ever said kids weren't expensive needs to be choke slammed and put in an arm bar until they tap out! lol. Well that's enough complaining because come next year I already know that I'll be investing another $40+ in a costume for Jr. regardless.

Plus now he's in school so I'm sure his costume requests will only get more elaborate and more expensive as he tries to out do his classmates. As for this year please don't ask why a 5 year old wants to be Indiana Jones. I blame it on the video game "Lego Indiana Jones" but I can't see many other kids recognizing who he is. But I don't think he even cares he was mostly concerned with making sure he had that damn whip as an accessory. Lord I pray no one catches a slave lashing from the boy in school. I'm not ready for those types of calls from the teacher.

Well that ends my mini Halloween rant. I hope everyone that celebrates Halloween enjoys their celebration. Please make sure everyone is safe when doing so. I'll be attending a party hosted by my son. So this should be very interesting. Oh and I've been told I must dress up for the party and I have no costume so this should be even funnier.

P.S. If anyone is looking for any of the aforementioned costumes come next year between sizes 12 mos - 5T they will all be posted on ebay or a craigslist near you. **praying his momma didn't throw out the old costumes** I'm trying to recoup some of those funds!! LoL.

P.P.S. My cousin sent me this damn video on Facebook she made. It features my brother and I, her and my other 2 cousins. I don't know why but the shit had me dying laughing out Loud Literally. So maybe someone else out there can get a quick laugh from it. Watch for my brother at the end of the video! Pure hillarity! Enjoy! Happy Halloween!

Try JibJab Sendables® eCards today!



--C-Recks--

Happy Halloween!!!

I'll be honest I'm not a big Halloween person. I haven't dressed up since...Damn I can't even remember but it's been that damn long. Since I've had a son I've of course involved myself in the "holiday" more than normal, but I still don't do too much. Ever since my son's first Halloween where I bought his costume I have somehow become the designated Halloween costume purchaser. And I'll be honest those damn costumes are far from cheap! It was easy when he was 1 and 2. But ever since 3 and up he's been able to express his opinion on what costume he wants. And I swear I pay at least $40 and up for each costume that gets 1 wear and that's it!!

I can actually recall each costume:
2004-Fireman $20
2005- Batman $20 + tax
2006 - Mater from the Movie CARS - $38 + Tax
2007 - James from Thomas the Train $38 + Tax
2008 - Blue Power Ranger $40 + Tax
2009 - Indiana Jones $47.47 with tax and shipping (Yes I had to order this costume from off line)

So in 6 years I've spent over $200 in just costume costs alone. If I keep this up by the time he's 16 I would have spent another $400 in costumes. If he's dressing up after 16yrs old we need to 1.) have a talk and 2.) have a job cuz I'm not buying it. Although $600 over 16yrs is not a whole lot of money spread out over time like that it's still not chump change. So to who ever said kids weren't expensive needs to be choke slammed and put in an arm bar until they tap out! lol. Well that's enough complaining because come next year I already know that I'll be investing another $40+ in a costume for Jr. regardless.

Plus now he's in school so I'm sure his costume requests will only get more elaborate and more expensive as he tries to out do his classmates. As for this year please don't ask why a 5 year old wants to be Indiana Jones. I blame it on the video game "Lego Indiana Jones" but I can't see many other kids recognizing who he is. But I don't think he even cares he was mostly concerned with making sure he had that damn whip as an accessory. Lord I pray no one catches a slave lashing from the boy in school. I'm not ready for those types of calls from the teacher.

Well that ends my mini Halloween rant. I hope everyone that celebrates Halloween enjoys their celebration. Please make sure everyone is safe when doing so. I'll be attending a party hosted by my son. So this should be very interesting. Oh and I've been told I must dress up for the party and I have no costume so this should be even funnier.

P.S. If anyone is looking for any of the aforementioned costumes come next year between sizes 12 mos - 5T they will all be posted on ebay or a craigslist near you. **praying his momma didn't throw out the old costumes** I'm trying to recoup some of those funds!! LoL.

P.P.S. My cousin sent me this damn video on Facebook she made. It features my brother and I, her and my other 2 cousins. I don't know why but the shit had me dying laughing out Loud Literally. So maybe someone else out there can get a quick laugh from it. Watch for my brother at the end of the video! Pure hillarity! Enjoy! Happy Halloween!

Try JibJab Sendables® eCards today!



--C-Recks--

Rabu, 28 Oktober 2009

Testimony Tuesday

Well we had to take a week off due to just being down right busy. But we're back with another Testimony Tuesday. I know it's still a day late because it's Wednesday, but at least we're back. We had quite a few e-mails over the break, and as usual we can't get to them all but here is the latest Tuesday Testimony.
______________________________________________

Bros,

Ok here's the situation. I got involved with this girl a few months back. She's a real laid back cool ass chick. Attractive, funny, smart, etc. all the good stuff a guy would want in a girl. Well you know how everyone has a deal breaker when it comes to relationships and dating? Well mines is dogs. I truly can't stand the filthy muts! And I always vowed I would never date a chick with a dog.

Well when I met this girl I didn't know at first about the dog but within a week of knowing her quickly found out. Well as you and any fellas know when it comes to a fine woman a guy will compromise certain things. So I decided as long as I don't have to be around the dog then it shouldn't really affect me. So I went ahead and lied about my dislike of dogs and significatnly downplayed how much I hated them. Basically she thought I was cool with them.
Well gradually as we progressed thinking that I didn't have a problem with dogs she started bring the dog around more and more. Long story short now I'm in too deep in dog shit! Literally!! She's got me dog sitting, walkiing the dog, cleaning up it's shit, playing with the damn thing. I'm trying not to go Mike Vick on the poor Dog but I don't know how much more I can take. I mean she's fine but if her and the dog are a package deal I may have to return to sender!

What should I do?
_________________________________________

Driza Dre: Well, I know this topic was near and dear to your heart considering you're such a dog lover. LOL
C-Recks: Lmao I feel his pain man! “But if you having girl problems I feel bad for you son.” Unfortunately, he’s probably wishin he was on some jay-z shit “99 problems but a bitch wasn't one.” Lol

DD: The dog right? Lol

CR: Lmao oh… yeah. Lol

DD: Man, the funny thing is that the whole time I'm reading it, I'm thinking, if she fine, this really ain't an issue. I mean, a whole lotta brothas have put up with a whole lot worse in the infinite pursuit of P. Suck it up, and do what you gotta do.

CR: Man I'm trying to think how fine a chick would have to be for me to put up would a damn dog though! I mean is she Rachel from Caribbean Rhythms fine or Rachel Ray fine? I know Rachel Ray is yo girl. Lol

DD: I know we always talk about dimes, but even a 5 that can cook is a 7 in my book. Food means a lot to me.

CR: Lol man I feel you on that but the dog is getting most of the kibbles and bits in this instance

DD: Its still just a dog. But I did think of a couple of instances in which this dog is a relationship killer.
1) If she puts any kind of clothing on the dog when she makes you walk it
2) If she kisses the dog on the mouth or asks you to kiss the dog on the mouth
3) If the pooch doesn't have its own bed cuz it sleeps in the bed with her
DD: Any of those, and its time to be out man

CR: Man those are all reasons I can't stand dogs and dog lovers! Lol

DD: Well not all dog owners are those kinda dog owners. Some actually treat their pets like pets

CR: Well my man didn't get into the specifics but its gotta be something major for him to be ready to leave a dime chick over it. So should he just man up and deal with the dog? Or should he come clean about his dislike for the mangy mut?

DD: Well, I would come clean about it. But only if he's willing to work with her on the dog issue. Cuz the dog ain't going away. And if he presents it on some its either him, or me stuff, brotha might as well pack his bags right now. But I am saying that if the chick and the relationship are worth it, this is a minor problem. She'll know that if he's worth keeping around, she needs to be more understanding of the fact that dogs really aren't his thing.

CR: Right she ain't pickin the nigga over her dog. If he comes clean he may just be able to get outta of some of the dog duties. But something tells me he may be killin himself like suicide if he says anything. She ain't gone appreciate him lying to get wit her and furthermore won't appreciate him not liking her dog.

DD: It could go that way, but I kinda doubt it will

CR: Well more than anything like you've said guys have had to endure far worse things to stay with a dyme so even from a dog hater I agree this is minor to be with dime status. I'm sure another nigga with an alergy to dogs would gladly deal with this dude's chick and her dog any given day.

CR: So that's just some food for thought for him to chew on.

DD: Man, tis better to have a fine chick with a dog than to have to settle for a chick that looks like one. LMAO!!!!!!!!!!!

CR: Lmao !! You a fool 4 that one, But u 4sho right.

DD: Well that's it in a nut shell for me. If the relationship is worth it, you gotta take the chance, and speak your peace. And see where it goes from there

CR: Man dimes don't come too frequent to the average guy. So I say count your blessings and endure whatever minor pain you must in order to keep her.

DD: Cuz if you don't, some other dog will!

CR: Exactly it's "dog eat dog" And as they say "Every dog has his day," so enjoy yours while it lasts. **DMX Bark**
___________________________________________

Well that's our take on it. Any readers that want to give any other tips or helpful advice please leave your comments. And if you have a testimony please leave your anonymous post or e-mail.

--C-Recks--
--Driza Dre--

Testimony Tuesday

Well we had to take a week off due to just being down right busy. But we're back with another Testimony Tuesday. I know it's still a day late because it's Wednesday, but at least we're back. We had quite a few e-mails over the break, and as usual we can't get to them all but here is the latest Tuesday Testimony.
______________________________________________

Bros,

Ok here's the situation. I got involved with this girl a few months back. She's a real laid back cool ass chick. Attractive, funny, smart, etc. all the good stuff a guy would want in a girl. Well you know how everyone has a deal breaker when it comes to relationships and dating? Well mines is dogs. I truly can't stand the filthy muts! And I always vowed I would never date a chick with a dog.

Well when I met this girl I didn't know at first about the dog but within a week of knowing her quickly found out. Well as you and any fellas know when it comes to a fine woman a guy will compromise certain things. So I decided as long as I don't have to be around the dog then it shouldn't really affect me. So I went ahead and lied about my dislike of dogs and significatnly downplayed how much I hated them. Basically she thought I was cool with them.
Well gradually as we progressed thinking that I didn't have a problem with dogs she started bring the dog around more and more. Long story short now I'm in too deep in dog shit! Literally!! She's got me dog sitting, walkiing the dog, cleaning up it's shit, playing with the damn thing. I'm trying not to go Mike Vick on the poor Dog but I don't know how much more I can take. I mean she's fine but if her and the dog are a package deal I may have to return to sender!

What should I do?
_________________________________________

Driza Dre: Well, I know this topic was near and dear to your heart considering you're such a dog lover. LOL
C-Recks: Lmao I feel his pain man! “But if you having girl problems I feel bad for you son.” Unfortunately, he’s probably wishin he was on some jay-z shit “99 problems but a bitch wasn't one.” Lol

DD: The dog right? Lol

CR: Lmao oh… yeah. Lol

DD: Man, the funny thing is that the whole time I'm reading it, I'm thinking, if she fine, this really ain't an issue. I mean, a whole lotta brothas have put up with a whole lot worse in the infinite pursuit of P. Suck it up, and do what you gotta do.

CR: Man I'm trying to think how fine a chick would have to be for me to put up would a damn dog though! I mean is she Rachel from Caribbean Rhythms fine or Rachel Ray fine? I know Rachel Ray is yo girl. Lol

DD: I know we always talk about dimes, but even a 5 that can cook is a 7 in my book. Food means a lot to me.

CR: Lol man I feel you on that but the dog is getting most of the kibbles and bits in this instance

DD: Its still just a dog. But I did think of a couple of instances in which this dog is a relationship killer.
1) If she puts any kind of clothing on the dog when she makes you walk it
2) If she kisses the dog on the mouth or asks you to kiss the dog on the mouth
3) If the pooch doesn't have its own bed cuz it sleeps in the bed with her
DD: Any of those, and its time to be out man

CR: Man those are all reasons I can't stand dogs and dog lovers! Lol

DD: Well not all dog owners are those kinda dog owners. Some actually treat their pets like pets

CR: Well my man didn't get into the specifics but its gotta be something major for him to be ready to leave a dime chick over it. So should he just man up and deal with the dog? Or should he come clean about his dislike for the mangy mut?

DD: Well, I would come clean about it. But only if he's willing to work with her on the dog issue. Cuz the dog ain't going away. And if he presents it on some its either him, or me stuff, brotha might as well pack his bags right now. But I am saying that if the chick and the relationship are worth it, this is a minor problem. She'll know that if he's worth keeping around, she needs to be more understanding of the fact that dogs really aren't his thing.

CR: Right she ain't pickin the nigga over her dog. If he comes clean he may just be able to get outta of some of the dog duties. But something tells me he may be killin himself like suicide if he says anything. She ain't gone appreciate him lying to get wit her and furthermore won't appreciate him not liking her dog.

DD: It could go that way, but I kinda doubt it will

CR: Well more than anything like you've said guys have had to endure far worse things to stay with a dyme so even from a dog hater I agree this is minor to be with dime status. I'm sure another nigga with an alergy to dogs would gladly deal with this dude's chick and her dog any given day.

CR: So that's just some food for thought for him to chew on.

DD: Man, tis better to have a fine chick with a dog than to have to settle for a chick that looks like one. LMAO!!!!!!!!!!!

CR: Lmao !! You a fool 4 that one, But u 4sho right.

DD: Well that's it in a nut shell for me. If the relationship is worth it, you gotta take the chance, and speak your peace. And see where it goes from there

CR: Man dimes don't come too frequent to the average guy. So I say count your blessings and endure whatever minor pain you must in order to keep her.

DD: Cuz if you don't, some other dog will!

CR: Exactly it's "dog eat dog" And as they say "Every dog has his day," so enjoy yours while it lasts. **DMX Bark**
___________________________________________

Well that's our take on it. Any readers that want to give any other tips or helpful advice please leave your comments. And if you have a testimony please leave your anonymous post or e-mail.

--C-Recks--
--Driza Dre--

Jumat, 23 Oktober 2009

NFL Blog Challenge - "At a Loss" for Words


"Welcome to Atlanta where the playas play." Unfortunately on Sunday night, those players played for the Falcons and not my beloved Chicago Bears. It was a good game all the way through. Chicago jumped out to a 7-0 lead. After switching to a no huddle offense, Falcons quarterback Matt Ryan lead his offense to two second quarter touchdowns. The Bears tied it up in the fourth quarter, but on the ensuing kickoff, some guy that on my TV screen looked like he should be playing high school football, and not in the NFL, ran the ball back deep into Chicago territory. (Eric Weems is his name). At that point, I kinda figured it was over. Atlanta went on to score. The Bears made a late effort and tying the game, but it was not to be. The final score was Atl 21 Chi 14.

So this is where I have to praise Atlanta. The Bears have an above average defense. And the strength of that defense is normally our defensive line. But all game, Matt Ryan had enough time to snap the ball, look around the crowd for his woman, check his email, and still deliver the ball to any number of his receivers. The Bears finished the night with 0 sacks. And just to show you how bad it was, they also finished with 0 QB hits. By contrast, the Falcons finished with 2 sacks, and 7 QB hits. In their last game against the Detroit Lions, the Bears defense had 5 sacks, and 9 QB hits. So big props to the Falcons offensive line. The funny thing is that their line has no one on it that you would consider a star.
So for a second consecutive year, the Dirty Birds got the better of my beloved Bears. You look good Atlanta.


Shouts out to 12Kyle for accepting the challenge and his team for stepping up and handling their business. Sorry this was posted so late. But good looking.

Not sure if there are any Cincinnati Bengals fans in the building but if so you know the routine hit us up for the challenge.

--Driza Dre--

NFL Blog Challenge - "At a Loss" for Words


"Welcome to Atlanta where the playas play." Unfortunately on Sunday night, those players played for the Falcons and not my beloved Chicago Bears. It was a good game all the way through. Chicago jumped out to a 7-0 lead. After switching to a no huddle offense, Falcons quarterback Matt Ryan lead his offense to two second quarter touchdowns. The Bears tied it up in the fourth quarter, but on the ensuing kickoff, some guy that on my TV screen looked like he should be playing high school football, and not in the NFL, ran the ball back deep into Chicago territory. (Eric Weems is his name). At that point, I kinda figured it was over. Atlanta went on to score. The Bears made a late effort and tying the game, but it was not to be. The final score was Atl 21 Chi 14.

So this is where I have to praise Atlanta. The Bears have an above average defense. And the strength of that defense is normally our defensive line. But all game, Matt Ryan had enough time to snap the ball, look around the crowd for his woman, check his email, and still deliver the ball to any number of his receivers. The Bears finished the night with 0 sacks. And just to show you how bad it was, they also finished with 0 QB hits. By contrast, the Falcons finished with 2 sacks, and 7 QB hits. In their last game against the Detroit Lions, the Bears defense had 5 sacks, and 9 QB hits. So big props to the Falcons offensive line. The funny thing is that their line has no one on it that you would consider a star.
So for a second consecutive year, the Dirty Birds got the better of my beloved Bears. You look good Atlanta.


Shouts out to 12Kyle for accepting the challenge and his team for stepping up and handling their business. Sorry this was posted so late. But good looking.

Not sure if there are any Cincinnati Bengals fans in the building but if so you know the routine hit us up for the challenge.

--Driza Dre--

Rabu, 21 Oktober 2009

kenakalan remaja

KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PERILAKU MENYIMPANG HUBUNGANNYA DENGAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL KELUARGA

Kasus Di Pondok Pinang Pinggiran Kota Metropolitan Jakarta

Masngudin HMS

Abstrak

Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja. Untuk mengetahui tentang latar belakang kenakalan remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual, individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negative antara kenakalan remaja dengan keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang.

I. PENDAHULUAN

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.

Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto,1988,26), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang.

Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja” bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang perilaku disorder di kalangan anak dan remaja (Kauffman , 1989 : 6) mengemukakan bahwa perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ketidak berhasilan belajar sosial atau “kesalahan” dalam berinteraksi dari transaksi sosial tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa hal.

Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap. Salah satu variasi dari teori yang menjelaskan kriminalitas di daerah perkotaan, bahwa beberapa tempat di kota mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan kriminal oleh karena lokasi tersebut mempunyai karakteristik tertentu, misalnya (Eitzen, 1986 : 400), mengatakan tingkat kriminalitas yang tinggi dalam masyarakat kota pada umumnya berada pada bagian wilayah kota yang miskin, dampak kondisi perumahan di bawah standar, overcrowding, derajat kesehatan rendah dari kondisi serta komposisi penduduk yang tidak stabil. Penelitian inipun dilakukan di daerah pinggiran kota yaitu di Pondok Pinang Jakarta Selatan tampak ciri-ciri seperti disebutkan Eitzen diatas. Sutherland dalam (Eitzen,1986) beranggapan bahwa seorang belajar untuk menjadi kriminal melalui interaksi. Apabila lingkungan interaksi cenderung devian, maka seseorang akan mempunyai kemungkinan besar untuk belajar tentang teknik dan nilai-nilai devian yang pada gilirannya akan memungkinkan untuk menumbuhkan tindakan kriminal.

Mengenai pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Dikatakan oleh (Eitzen, 1986:10) bahwa seorang dapat menjadi buruk/jelek oleh karena hidup dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya pada masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilaku. Di dalam masyarakat yang disorganisasi sosial, seringkali yang terjadi bukan sekedar ketidak pastian dan surutnya kekuatan mengikat norma sosial, tetapi lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidak memperoleh sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar.

II. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengidentifkasi dan memberikan gambaran bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan remaja di pinggiran kota metropolitan Jakarta, yaitu di kelurahan

Pondok Pinang.

2. Untuk mengetahui hubungaanan aaantara kenakalan remaja dengan keberfungsian sosial keluarga

3. Penelitian ini ingin memberikan sumbangan bagi pemecahan masalah kenakalan remaja dengan memanfaatkan keluarga sebagai basis dalam pemecahan masalah.

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ingin mempelajari masalah-masalah dalam suatu masyarakat, juga hubungan antar fenomena, dan membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang ada.

Cara pemilihan sampel yang dilakukan pertama memilih wilayah yang mempunyai kategori miskin, dengan cara melihat kondisi mereka yang perumahannya di bawah standar, dengan kondisi penduduk yang sangat padat, lingkungan yang tidak teratur dan perkiraan tingkat kesehatan masyarakatnya yang buruk. Setelah itu konsultasi dengan ketua RW dan ketua-ketua RT untuk mencari informasi tentang warganya yang dianggap telah melakukan kenakalan, dengan perspektif labeling. Dari informasi tersebut data pada tiga RT. Berdasarkan data tersebut kita jadikan populasi dengan jumlah 40 remaja dan keluarga yang akan dijadikan unit dalam analisis. Dari jumlah tersebut dibuat listing dan tiap RT diambil 10 sampel (remaja dan keluarga) sehingga mendapat 30 responden. Pengambilan sample ini dengan cara random.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dipandu dengan daftar pertanyaan.

Responden remaja dalam penelitian ini ditentukan bagi mereka yang berusia 13 tahun-21 tahun. Mengingat pengertian anak dalam Undang-undang no 4 tahun 1979 anak adalah mereka yang berumur sampai 21 tahun. Dengan pertimbangan pada usia tersebut, terdapat berbagai masalah dan krisis diantaranya; krisis identitas, kecanduan narkotik, kenakalan, tidak dapat menyesuaikan diri di sekolah, konflik mental dan terlibat kejahatan (lihat transaksi individu-individu dan keluarga-keluarga dengan sistem kesejahteraan sosial).

IV. KERANGKA KONSEP

  1. Konsep Kenakalan Remaja

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

  1. Keberfungsian sosial

Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya.

Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya, dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya dll. Kemampuan berfungsi social secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya.

V. HASIL PENELITAN

A. Bentuk Kenakalan Yang Dilakukan Responden

Berdasarkan data di lapangan dapat disajikan hasil penelitian tentang kenakalan remaja sebagai salah satu perilaku menyimpang hubungannya dengan keberfungsian sosial keluarga di Pondok Pinang pinggiran kota metropolitan Jakarta. Adapun ukuran yang digunakan untuk mengetahui kenakalan seperti yang disebutkan dalam kerangka konsep yaitu (1) kenakalan biasa (2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan dan (3) Kenakalan Khusus. Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 responden, dengan jenis kelamin laki-laki 27 responden, dan perempuan 3 responden. Mereka berumur antara 13 tahun-21 tahun. Terbanyak mereka yang berumur antara 18 tahun-21 tahun.

Bentuk Kenakalan Remaja Yang Dilakukan Responden (n=30)

Bentuk Kenakalan

f

%

1. Berbohong

2. Pergi keluar rumah tanpa pamit

3. Keluyuran

4. Begadang

5. membolos sekolah

6. Berkelahi dengan teman

7. Berkelahi antar sekolah

8. Buang sampah sembarangan

9. membaca buku porno

10. melihat gambar porno

11. menontin film porno

12. Mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM

13. Kebut-kebutan/mengebut

14. Minum-minuman keras

15. Kumpul kebo

16. Hubungan sex diluar nikah

17. Mencuri

18. Mencopet

19. Menodong

20. Menggugurkan Kandungan

21. Memperkosa

22. Berjudi

23. Menyalahgunakan narkotika

24. Membunuh

30

30

28

26

7

17

2

10

5

7

5

21

19

25

5

12

14

8

3

2

1

10

22

1

100

100

93,3

98,7

23,3

56,7

6,7

33,3

16,7

23,3

16,7

70,0

63,3

83,3

16,7

40,0

46,7

26,7

10,0

6,7

3,3

33,3

73,3

3,3

Bahwa seluruh responden pernah melakukan kenakalan, terutama pada tingkat kenakalan biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan dan jenis kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai kendaraan tanpa SIM, kebut-kebutan, mencuri,minum-minuman keras, juga cukup banyak dilakukan oleh responden. Bahkan pada kenakalan khususpun banyak dilakukan oleh responden seperti hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan narkotika, kasus pembunuhan, pemerkosaan, serta menggugurkan kandungan walaupun kecil persentasenya. Terdapat cukup banyak dari mereka yangkumpul kebo. Keadaan yang demikian cukup memprihatinkan. Kalau hal ini tidak segera ditanggulangi akan membahayakan baik bagi pelaku, keluarga, maupun masyarakat. Karena dapat menimbulkan masalah sosial di kemudian hari yang semakin kompleks.

B. Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen

    1. Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan

Salah satu hubungan variabel yang disajikan disini adalah hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan. Hal ini untuk mengetahui apakah anak laki-laki lebih nakal dari anak perempuan atau probalitasnya sama. Berdasarkan tabel hubungan diperoleh data sebagai berikut; Anak laki-laki yang melakukan kenakalan biasa 3 responden (10%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 2 responden, dan kenakalan khusus 22 responden (73,3%). Sedangkan anak perempuan yang melakukan kenakalan biasa 2 responden (2,7%) dan kenakalan khusus 1 responden (3,3%). Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar yang melakukan kenakalan khusus adalah anak laki-laki (73,3%), namun terdapat juga anak perempuannya. Kalau dibandingkan diantara 27 responden anak laki-laki 22 responden (81,5%) diantaranya melakukan kenakalan khusus, sedangkan dari 3 responden perempuan 1 responden (33,3%) yang melakukan kenakalan khusus, berarti probababilitas anak laki-laki lebih besar kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus. Demikian juga yang melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, anak perempuan tidak ada yang melakukannya. Dengan demikian maka anak laki-laki kecenderungannya akan melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan lebih dibandingkan dengan anak perempuan.

    1. Hubungan antara pekerjaan responden dengan tingkat kenakalan yang dilakukan

Berdasarkan data yang ada, pekerjaan responden adalah sebagai pelajar dan tidak bekerja (menganggur) masing-masing 13 responden (43,3%), sebagai buruh dan berdagang masing-masing 2 responden (6,7%). Dari tabel korelasi persebaran datanya sebagai berikut; Pelajar yang melakukan kenakalan biasa 5 responden (16,7%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 2 responden (6,7%), dan kenakalan khusus 6 responden (20%) . Sedangkan mereka yang tidak bekerja (menganggur) semuanya 13 responden melakukan kenakalan khusus, juga mereka yang bekerja sebagai pedagang dan buruh semuanya melakukan kenakalan khusus. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan untuk melakukan kenakalan khusus ataupun jenis kenakalan lainnya adalah mereka yang tidak sibuk, atau banyak waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif.

2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan

Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin rendah melakukan kenakalan. Sebab dengan pendidikan yang semakin tinggi, nalarnya semakin baik. Artinya mereka tahu aturan-aturan ataupun norma sosial mana yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Atau mereka tahu rambu-rambu mana yang harus dihindari dan mana yang harus dikerjakan. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Mereka yang tamat SLTA justru yang paling banyak melakukan tindak kenakalan 17 responden (56,7%) yang berarti separoh lebih, dengan terbanyak 12 responden (40%) melakukan kenakalan khusus, 2 responden (6,7%) melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, dan 4 responden (13,3%) melakukan kenakalan biasa. Demikian juga mereka yang pendidikan terakhirnya SLTP, dari 12 responden, 11 responden (36,7%) melakukan kenakalan khusus. Sedang mereka yang hanya tamat SD 1 responden juga melakukan kenakalan khusus. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara tingkatan pendidikan dengan kenakalan yang dilakukan, artinya semakin tinggi pendidikannya tidak bisa dijamin untuk tidak melakukan kenakalan. Artinya di lokasi penelitian kenakalan remaja yang dilakukan bukan karena rendahnya tingkat pendidikan mereka, karena disemua tingkat pendidikan dari SD sampai dengan SLTA proporsi untuk melakukan kenakalan sama kesempatannya. Dengan demikian faktor yang kuat adalah seperti yang disebutkan di atas, yaitu adanya waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif, dan adanya pengaruh buruk dalam sosialisasi dengan teman bermainnya atau faktor lingkungan sosial yang besar pengaruhnya.

C. Hubungan Antara Kenakalan Remaja Dengan Keberfungsian Sosial Keluarga

Dalam kerangka konsep telah diuraikan tentang keberfungsian sosial keluarga, diantaranya adalah kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi keluarga yaitu jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya serta mampu memenuhi kebutuhannya.

1. Hubungan antara pekerjaan orang tuanya dengan tingkat kenakalan

Untuk mengetahui apakah kenakalan juga ada hubungannya dengan pekerjaan orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Karena pekerjaan orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam keberfungsian sosial, salah satunya adalah mampu memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan data yang ada mereka yang pekerjaan oangtuanya sebagai pegawai negeri 5 responden (16,7%), berdagang 4 responden (13,3%), buruh 5 responden (16,6%), tukang kayu 2 responden (6,7%), montir/sopir 6 responden (20%), wiraswasta 5 responden (16,6%), dan pensiunan 1 responden (3,3%).

7

Dari tabel korelasi diketahui bahwa kecenderungan anak pegawai negeri walaupun melakukan kenakalan, namun pada tingkat kenakalan biasa. Lain halnya bagi mereka yang orang tuanya mempunyai pekerjaan dagang, buruh, montir/sopir, dan wiraswasta yang kecendrungannya melakukan kenakalan khusus. Hal ini berarti pekerjaan orang tua berhubungan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Keadan yang demikian karena mungkin bagi pegawai negeri lebih memperhatikan anaknya untuk mencapai masa depan yang lebih baik, ataupun kedisiplinan yang diterapkan serta nilai-nilai yang disosisalisasikan lebih efektif. Sedang bagi mereka yang bukan pegawai negeri hanya sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga kurang ada perhatian pada sosialisasai penanaman nilai dan norma-norma sosial kepada anak-anaknya. Akibat dari semua itu maka anak-anaknya lebih tersosisalisasi oleh kelompoknya yang kurang mengarahkan pada kehidupan yang normative.

2. Hubungan antara keutuhan keluarga dengan tingkat kenakalan

Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga

.

Dilihat dari keutuhan struktur keluarga, 21 responden (70%) dari keluarga utuh, dan 9 responden dari keluarga tidak utuh. Berdasarkan data pada tabel korelasi ternyata struktur keluarga ketidak utuhan struktur keluarga bukan jaminan bagi anaknya untuk melakukan kenakalan, terutama kenakalan khusus. Karena ternyata mereka yang berasal dari keluarga utuh justru lebih banyak yang melakukan kenakalan khusus.

Namun jika dilihat dari keutuhan dalam interaksi, terlihat jelas bahwa mereka yang melakukan kenakalan khusus berasal dari keluarga yang interaksinya kurang dan tidak serasi sebesar 76,6%. Perlu diketahui bahwa keluarga yang interaksinya serasi berjumlah 3 responden (10%), sedangkan yang interaksinya kurang serasi 14 responden (46,7%), dan yang tidak serasi 13 responden (43,3%). Jadi ketidak berfungsian keluarga untuk menciptakan keserasian dalaam interaksi mempunyai kecenderungan anak remajanya melakukan kenakalan. Artinya semakin tidak serasi hubungan atau interaksi dalam keluarga tersebut tingkat kenakalan yang dilakukan semakin berat, yaitu pada kenakalan khusus.

3. Hubungan antara kehidupan beragama keluarganya dengan tingkat kenakalan

Kehidupan beragama kelurga juga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian sosial keluarga. Sebab dalam konsep keberfungsian juga dilihat dari segi rokhani. Sebab keluarga yang menjalankan kewajiban agama secara baik, berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma agama. Berdasarkan data yang ada mereka yang keluarganya taat beragama 6 responden (20%), kurang taat beragama 15 responden (50%), dan tidak taat beragama 9 responden (30%). Dari tabel korelasi diketahui 70% dari responden yang keluarganya kurang dan tidak taat beragama melakukan kenakalan khusus.

Dengan demikian ketaatan dan tidaknya beragama bagi keluarga sangat berhubungan dengan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini berarti bahwa bagi keluarga yang taat menjalankan kewajiban agamanya kecil kemungkinan anaknya melakukan kenakalan, baik kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan maupun kenakalan khusus, demikian juga sebaliknya.

4. Hubungan antara sikap orang tua dalam pendidikan anaknya dengan tingkat kenakalan

Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas adalah sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter sebanyak 5 responden (16,6%), overprotection 3 responden (10%), kurang memperhatikan 12 responden (40%), dan tidak memperhatikan sama sekali 10 responden (33,4%). Dari tabel korelasi diperoleh data seluruh responden yang orang tuanya tidak memperhatikan sama sekali melakukan kenakalan khusus dan yang kurang memperhatikan 11 dari 12 responden melakukan kenakalan khusus. Dari kenyataan tersebut ternyata peranan keluarga dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak.

5. Hubungan antara interaksi keluarga dengan lingkungannya dengan tingkat kenakalan

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau tidak mau harus berhubungan dengan lengkungan sosialnya. Adapun yang diharapkan dari hubungan tersebut adalah serasi, karena keserasian akan menciptakan kenyamanan dan ketenteraman. Apabila hal itu dapat diciptakan, hal itu meruapakan proses sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya. Mereka yang berhubungan serasi dengan lingkungan sosialnya berjumlah 8 responden (26,6%), kurang serasi 12 responden (40%), dan tidak serasi 10 responden (33,4%). Dari data yang ada terlihat bagi keluarga yang kurang dan tidak serasi hubungannya dengan tetangga atau lingkungan sosialnya mempunyai kecenderungan anaknya melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat yaitu kenakalan khusus. Keadaan tersebut dapat dilihat dari 23 responden yang melakukan kenakalan khusus 19 responden dari dari keluarga yang interaksinya dengan tetangga kurang atau tidak serasi.

6. Pernah tidaknya responden ditahan dan dihukum hubungannya dengan keutuhan struktur dan interaksi keluarga, serta ketaatan keluarga dalam menjalankan kewajiban beragama

Data tentang responden yang pernah ditahan berjumlah 15 responden, dari jumlah tersebut 3 responden (20%) karena kasus perkelaian, masing-masing 1 responden (6,7%) karena kasus penegeroyokan dan pembunuhan, 5 responden (33,3%) karena kasus obat terlarang (narkotika) dan 8 responden (53,3%) karena kasus pencurian.

Sedangkan responden yang pernah dihukum penjara berjumlah 10 responden dengan rincian 7 responden karena kasus pencurian, masing-masing 1 responden karena ksus pengeroyokan, pembunuhan, dan narkotika. Adapun lamanya mereka dihukum antara 1 bulan-3 tahun, dengan rincian sebagai berikut 4 responden (40%) dihukum penjara selama 1 bulan, 3 responden (30%) dihukum 3 bulan, masing-masing 1 responden (10%) dihukum 7 bulan, 2 tahun, dan 3 tahun . Dari responden yang pernah ditahan dan di hukum semuanya dari keluarga yang struktur keluarganya utuh, tetapi interaksinya kurang dan tidak serasi. Hal ini menunjukkan bahwa masalah interaksi dalam keluarga merupakan sebab utama seorang remaja sampai ditahan dan dihukum penjara. Sedangkan dari sudut ketaatan dalam menjalankan kewajiban agam bagi keluarganya masih terdapat 1 responden yang pernah ditahan dan dihukum karena kasus pencurian. Artinya bahwa ketaatan beragama dari keluarganya belum menjamin anaknya bebas dari kenakalan dan ditahan serta dihukum.

D. Analisis Hubungan Antara Keberfungsian Sosial Keluarga dengan Kenakalan

Remaja

Setelah dianalisis secara bivariat antara beberapa variabel, maka untuk melengkapinya dianalisis secara statistik dengan rumus product moment guna melihat keeratan hubungan tersebut. Berdasarkan tabel distribusi koefisiensi korelasi product moment diperoleh data sebagai berikut; nilai x = 510 y = 322 x2 = 9.010 y2 = 3.752 xy = 5.283 hasil perhitungan yang diperoleh = - 0,6022. Sedang nilai r yang diperoleh dalam tabel dengan taraf significansi 5%, dengan sampel 30 adalah 0,361 Berdasarkan data tersebut karena nilai r yang diperoleh dari hasil penelitian jauh dari batas significansi nilai r yang diperolehnya berarti ada hubungan negative antara keberfungsian keluarga dengan kenakalan remaja yang dilakukan. Artinya semakin tinggi tingkat berfungsi sosial keluarga, akan semakin rendah tingkat kenakalan remajanya, demikian sebaliknya semakin rendah keberfungsian sosial keluarga maka akan semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya.

Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa secara jenis kelamin terlihat remja pria lebih cenderung melakukan kenakalan pada tinglat khusus, walaupun demilikan juga remaja perempuan yang melakukan kenakalan khusus. Dari sudut pekerjaan atau kegiatan sehari-hari remaja ternyata yang menganggur mempunyai kecenderungan tinggi melakukan kenakalan khusus demikian juga mereka yang berdagang dan menjadi buruh juga tinggi kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus. Pemenuhan kebutuhan keluarga juga berpengaruh pada tingkat kenakalan remajanya, artinya bagi keluarga yang tiap hari hanya berpikir untuk memenuhi kebutuhan keluarganya seperti yang orang tuanya bekerja sebagai buruh, tukang, supir dan sejenisnya ternyata anaknya kebanyakan melakukan kenakalan khusus. Demilian juga bagi keluarga yang interaksi sosialnya kurang dan tidak serasi anak-anaknya melakukan kenakalan khusus. Kehidupan beragama keluarga juga berpengaruh kepada tingkat kenakalan remajanya, artinya dari keluarga yang taat menjalankan agama anak-anaknya hanya melakukan kenakalan biasa, tetapi bagi keluarga yang kurang dan tidak taat menjalankan ibadahnya anak-anak mereka pada umumnya melakukan kenakalan khusus.Hal lain yang dapat dilihat bahwa sikap orang orang tua dalam sosialisasi terhadap anaknya juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kenakalan yang dilakukan, dari data yang diperoleh bagi keluarga yang kurang dan masa bodoh dalam pendidikan (baca sosialisasi) terhadap anaknya maka umumnya anak mereka melakukan kenakalan khusus. Dan akhirnya keserasian hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya juga berpengaruh pada kenakalan anak-anak mereka. Mereka yang hubungan sosialnya dengan lingkungan serasi anak-anaknya walaupun melakukan kenakalan tetapi pada tingkat kenakalan biasa, tetapi mereka yang kurang dan tidak serasi hubungan sosialnya dengan lingkungan anak-anaknya melakukan kenakalan khusus.

VI. Kesimpulan

Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa remaja yang memiliki waktu luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat.Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan khusus. Dari analisis statistik (kuantitatif) maupun kualitatif dapat ditarik kesimpulan umum bahwa ada hubungan negatif antara keberfungsian sosial keluarga dengan kenakalan remaja, artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian social keluarga akan semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Sebaliknya semakin ketidak berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya (perilaku menyimpang yang dilakukanoleh remaja. Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan social yang programnya sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara keseluuruhan Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja dengan memberikan program-program untuk mengisi waktu luang, dengan meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini terutama diarahkan pada peningkatan sumber daya manusianya yaitu program pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan.

Masngudin HMS, adalah peneliti pada Puslitbang UKS, Badan Latbang Sosial Departemen Sosial RI.

Daftar Pustaka

Achlis, 1992, Praktek Pekerjaan Sosial I, STKS , Bandung

Eitzen, Stanlen D, 1986, Social Problems, Allyn and Bacon inc, Boston, Sydney, Toronto

Gunarsa Singgih D at al, 1988, Psikologi Remaja, BPK Gunung Mulya, Jakarta

Kartini Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta

Kaufman, James, M, 1989, Characteristics of Behaviour Disorders of Children and Youth, Merril Publishing Company, Columbus, London, Toronto

Nazir, Moh, 1985, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta

Sartono, Suwarniyati, 1985, Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKI Jakarta, laporan penelitian, UI, Jakarta

Soerjono Soekanto, 1988, Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta

_______________, 1985 Perubahan Sosial, Rajawali, Jakarta

mangacan update